Senin, 20 Juli 2015

Mari masak dan makan bersama saya..

Rasanya sudah lama hobi memasak saya tertimbun oleh berbagai kesibukan yang edan hahaa alay, emang bener kok. Alhasil selama menyambung hidup di ciputat perut saya hanya diisi dengan kuliner ciptaan berbagai warung sekitar fkik. Keinginan untuk memasak semakin memuncak, jadilah di sabtu pagi hari ini saya menerpakan sinar mentari alias keluar kamar untuk membeli berbagi bahan yang mau saya masak.
Engg ing engg... Saraf hipotalamus saya menstimulasi untuk membeli otak-otak, sawi, bawang merah, bawang putih dan cabai,  buah pisang favorit lidah saya.

Masak pun dimulaai... Berhubung teman kamar lagi sibuk ngerjain tugas diluar, jadilah saya masak seorang diri. Kasihan.. Sini sini sama om :D hahaa.. Tak apalah, yang penting satu bakat ibu tercinta (masak) bisa tersalurkan ke anak keduanya ini amin. Jadi inget petuah bapak, "kalau perempuan gabisa masak ntar suaminya sering keluar rumah, tapi kalau pinter masak wahh.. Pasti bakal betah terus di rumah." Kurang lebih seperti itu kalimatnya tinggal disalin ke bahasa sunda. Kalo saya sih mikirnya ke sudut kesehatan dan ekonomi ya hehee. You are what you eat, kalau yang kita makan tidak sehat? Kan kita nggak tahu drama apa yg terjadi sebelum masakan yg kita beli diluar masuk kedalam tubuh kita. Kalau ternyata masakannya ditambah boraks dan bahan kimia yang ga aman bagi tubuh kita? Adek bisa apa...hemm??
Apalagi kita sebagai muslim. Waduh.. Terlalu panjang nanti jadi ceramah dari orang yang sok pinter ngambil kesimpulan ini hahaa. Oiyaa kalau dari segi ekonomi, sudah pasti masakan siap saji harganya jauh lebih mahal jika dibandingkan dg masakan buatan sendiri. Ini nyata, coba aja selama seminggu makan diluar terus minggu selanjutnya masak sendiri. Pasti kocek yang dikeluarkan jauh lebih hemat yang masak sendiri. Silahkan dicoba, tapi saya sendiri belum pernah nyoba sih hahaa. Sok tau banget kan? Pastinya nggak.. Hal ini berdasarkan curhatan ibu ketika mengkalkulasikan belanja bulanannya, terus ibu bilang coba kalau ibu ga masak sendiri? Pasti boros ngeluarin uang belanjaan.

Lanjut.. Jadi inti dari tulisan ini adalah, kalau kita mau masak ya masak aja jangan mikirin ending rasa dari masakan tersebut. Filosofi masak itu, mengajari kita cara bagaimana memprioritaskan yang terpenting dari kita memasukkan bawang merah dahulu kemudian bawang putih hingga bahan yang paling mudah matangnya seperti sayur sawi yang saya masukkan di akhir memasak saat ini. Kesuksesan itu butuh proses ga seinstan serial cinderella ketika ibu peri mengubah baju dekil cinderella menjadi gaun yang sangat indah, begitupun ketika kita memasak harus ditunggu dengan sabar hingga hampir matangnya suatu bahan kemudian baru bisa disusul dg memasukkan bahan yang lain.
Apa jadinya jika masakan kita hanya ditambahkan garam saja? Atau gula saja? Pasti akan terasa hambar. Senikmat-nikmatnya makanan minumnya teh botol sosro, eh salah fokus hehee. Senikmat-nikmat makanan pasti buatan ibu, oh sudah pasti itu seluruh manusia pasti mengakui. Sebenarnya nikmatnya suatu makanan itu berasal dari kolaborasi berbagai bumbu dan rempah-rempah khas dapur. Begitu juga jika kita menganalogikan dengan kehidupan kita, hanya dengan perbedaan lah hidup akan terasa lebih berwarna. Lagi-lagi ini analisis ngawur saya hehehee.

Sekitar 40 menit berlalu masakan yang saya buat dengan penuh rasa lapar ini akhirnya jadi. Masalah rasa, ohh... Jangan ditanya, sudah pasti enak.*bagi lidah saya sendiri hehee.
Kira - kira seprti ini hasil masakannya.
Waktunya makan pagii... Semoga masakan ini tidak menimbulkan efek samping maupun efek toksik  bagi tubuh saya hehee. Selamat makan :) semoga apa yang kita makan bisa menjadi sumber energi dalam menjalankan segala aktivitas dan ibadah yang penuh barokah di hari ini amin.. :)

N.J.H
moslem-pharmacist-writter

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Bingikisan Pengalaman