Rabu, 13 Mei 2015

POTENSI OBAT BAHAN ALAM LAUT INDONESIA



Indonesia, negri dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah ruah hingga membasahi telinga kancah dunia internasional. Tak salah jika mereka menjuluki negri ini dengan sebutan heaven earth karena kesuburan tanah dan hijaunya alam serta birunya laut yang dimilikinya. Siapa yang tak mengenal luasnya laut Indonesia dengan garis pantai terpanjang (81.000 km) kedua setelah Kanada. Betapa menggiurkannya potensi sumber daya hayati dan non hayati dari kelautan nusantara ini. Sumber daya hayati disini juga meliputi senyawa metabolit primer dan sekunder dari mikro-makro organisme dan tumbuhan laut.

Mengingat kembali  slogan World Health Organization (WHO) yang telah lama menggaungkan “back to nature”, sekelumit slogan yang bermakna luas yaitu kita sebagai penghuni bumi ini dianjurkan untuk menggunakan zat-zat makanan yang bersumber dari alam dengan maksud agar terpeliharanya kesehatan ataupun sebagai bagian dalam pengobatan berbagai macam penyakit.
Jika kita mengintip dibalik pembuatan obat di Indonesia, sesungguhnya bahan baku obat tersebut mayoritas adalah impor. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan, hampir 95% kebutuhan bahan baku obat saat ini masih harus diimpor. Itulah sebabnya harga obat-obatan di Indonesia masih terlampau mahal dan sulit untuk dijangkau oleh masyarakat berekonomi rendah. Ditambah lagi dengan keadaan rupiah yang sedang  melemah sampai Rp13.000 per dolar AS untuk saat ini.
Dibalik ketergantungan impor bahan baku obat tersebut, sejatinya negeri bersimbol garuda ini memiliki peluang besar dalam memproduksi obat bahan alam laut. Peranan ini bukan hanya bermanfaat untuk perkembangan industri obat Indonesia dalam kemandiriannya memproduksi bahan baku obat nasional, lebih dari itu bahwa Indonesia dapat berperan sangat penting dalam memajukan potensi obat bahan alam laut di dunia Internasional sekaligus ikut mendukung program WHO dalam hal back to nature. Negara-negara yang tidak memiliki  basis kelautan saja (Cina, India, Pakistan, dan Mesir) telah berupaya serius dalam melakukan riset bahan obat laut secara komperhensif, ironi jika Indonesia negara dengan  keluasan laut yang dimilikinya tidak ikut berperan dalam konteks ini.
“Di negara-negara maju, biota laut merupakan salah satu bahan yang digarap secara intensif. Industri kimia di Eropa dan Amerika memerlukan sekitar 16.000 senyawa baru setiap tahun. Salah satu perusahaan kimia yang khusus berkonsentrasi mengembangkan obat kanker dan skrining biota laut adalah Pharma Mar, Spanyol. Perusahaan tersebut kini mengoleksi sekitar 40.000 biota laut. Dari 150 senyawa yang telah dihasilkannya, 14 di antaranya telah memasuki tahap praklinik”, ungkap Dr Jana T Anggadiredja dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Bumi pertiwi memiliki sinar emas yang memancarkan kekayaan biota laut yang dimilikinya, banyak peneliti asing yang mulai melirik untuk mencari senyawa aktif baru yang memiliki efek farmakologis dari sumber daya  hayati laut negri ini. Sayang, jika para peneliti Indonesia tidak segera menduduki kursi riset akan potensi obat dalam bidang bahan alam laut. Penemuan bahan baku obat bahan alam laut bukanlah suatu proses singkat tapi butuh investasi dana, sarana, waktu, kapabilitas, dan interdisiplin ilmu. Kajian komprehensif bahan alam laut paling tidak harus ada kolaborasi ilmu dari  ahli biologi kelautan, taksonomi, kimia, farmasi, dan kedokteran.





0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Bingikisan Pengalaman